Minggu, 01 November 2015

Winter Love Korea




“Annyeong! Chae Yoo! Song Mi!” Seru seorang gadis sambil menghampiri 2 gadis lainnya.
“Annyeong, Jung Eun. Adik bermasalah lagi?” Balas Chae Yoo.
“Ne,” jawab Jung Eun sambil mengatur napas.
“Akhir musim gugur…” Gumam Song Mi.
“Kenapa, Song Mi?” Tanya Jung Eun.
“Gak, aku cuma seneng bentar lagi mau musim dingin,” jawab Song Mi.
“Ya, musim penuh salju. Hua..”
Tiba-tiba Jung Eun yang sedang memulai pidato kagumnya ditabrak seorang cowok sebaya mereka.
“Eh eh… Mianhae…” Kata cowok itu.
Jung Eun mengangguk pelan. “Emm… Chonun Jung Eun Imnida,” Jung Eun memperkenalkan dirinya.
“Chonun Jung Ha imnida,” balas Jung Ha. Jung Eun memperhatikan Jung Ha. Jung Ha mirip artis dan sangat keren. Tampan.
“Jung Eun, yuk, udah mau masuk nih,” kata Song Mi.
“Ne. Jung Eun mengangguk.
“Annyeong hee gae saeyo,” pamit Jung Eun.
“Annyeong hee gae saeyo,” Jung Ha mengangguk.

Di tengah perjalanan ke kelas, Chae Yoo tak kunjung berhenti bercuap bahwa Jung Eun sangat beruntung bisa ditabrak Jung Ha, karena Jung Ha sangat keren dan populer, tapi semua kata-kata Chae Yoo seakan tidak masuk kepala Jung Eun. Jung Eun sibuk memikirkan hal lain Jung Ha.
“Annyeong, murid-murid. Chonun Kang An Ma imnida. Saya wali kelas kalian untuk tahun ini. Saya absen dulu ya,” guru baru kelas itu, Kang An sensei mulai mengabsen.
“Jung Eun.” Tiba saat Jung Eun, Jung Eun mengangkat tangannya.
“Hadir,” setelah Jung Eun, nama yang disebut adalah Jung Ha!
“Hadir,” kata Jung Ha.

Jung Eun kaget karena ia sekelas dengan Jung Ha. Ia terus-menerus memperhatikan Jung Ha yang duduk di kursi pojok paling depan. Jung Eun sendiri duduk di samping kursi belakang Jung Ha. Jung Eun bingung, tiba-tiba rasa aneh menyelimutinya. Ingin rasanya Jung Eun membuang perasaan itu jauh-jauh.
“I jit I jigeowo jugetseo! (Ini menyebalkan!)” Pikir Jung Eun kesal. Tiba-tiba Jung Ha berbalik dan melihat Jung Eun sedang memperhatikannya. Jung Ha tersenyum melihat Jung Eun. Wajah Jung Eun langsung merah padam. Jung Ha hanya terkikik kecil.
Bel istirahat berbunyi.
“Kamsahamnida, Kang An sensei.” Kata murid-murid. Setelah Kang An sensei pergi, murid-murid berhamburan keluar. “Jung Eun, halo? Kenapa bengong?” Tanya Chae Yoo.
“Lagi bayangin Jung Ha ya?” Goda Song Mi.
“Gak mungkin!” Bantah Jung Eun.
“Eleh. Eleh,”
“Iya, enggak!”
“Yaudah. Ke kantin yuk,” ajak Chae Yoo akhirnya. Jung Eun dan Song Mi mengangguk.
“Mau makan apa, Jung Eun?” Tanya Chae Yoo.
“Seolleongtang deh,” jawab Jung Eun.
“Aku sih ddukbokkie,” kata Song Mi.
“Aku apa ya… Ah, aku mau makan bibimbap ah,” kata Chae Yoo.
“Siip,”

Ketiga sahabat itu pun membeli makanan mereka dan menuju meja makan mereka.
“Eits, kami sudah memilih meja ini duluan. Kalian pergi sana cari meja lain,” kata seorang gadis dengan 2 temannya sambil mengambil alih meja Jung Eun dan teman-teman.
“Hei! Itu meja kami!” Seru Chae Yoo.
“Iya! Benar! Mundur sana!” Kata Jung Eun mendukung Chae Yoo.
“Hei, Sun Li! Jangan cari masalah lagi disini! Pergi saja sana sama 2 sahabatmu itu!” Tambah Song Mi.
“Enak saja!” Bantah gadis yang bernama Sun Li itu. Akhirnya juga Sun Li pergi, karena takut dengan Jung Eun dan kawan-kawannya.
“Akan kuingat ini!” Katanya penuh pembalasan.
“Eleh. Pikun gitu, mau ngingat,” ledek Chae Yoo setelah Sun Li dan rombongannya pergi.
“Hmm… Seolleongtang nya nikmat banget…” Puji Jung Eun.
“Iya. Seolleongtang kan makanan favoritmu,” kata Chae Yoo, terkekeh.
“Aduh… Ddukbokkie-ku habis deh…” Keluh Song Mi.
“Diet, Song Mi. Diet…” Kata Jung Eun setengah mengejek.
“Hei. Makan apa?” Tanya Jung Ha tiba-tiba muncul di belakang Jung Eun.
“Ah! Kamu bikin kaget tahu!” Seru Jung Eun kaget.
“Mianhae,”
“Ne. Mianhae hal gotkkajineun obso (gak ada yang perlu dimaafkan),” kata Jung Eun.

Jung Ha tersenyum. Mungkin senyum paling hangat yang belum pernah ditunjukkannya kepada siapapun sebelumnya. Wajah Jung Eun memerah melihat senyum Jung Ha. Jung Ha terkikik.
“Makan apa, tuan putri?” Tanya Jung Ha setengah meledek.
“Seolleongtae, monsieur Jung Ha,” kata Jung Eun sedikit bercanda.
“Aku juga makan seolleongtae tadi,” kata Jung Ha.
“Oh…”
“Selamat makan… Jangan makan kebanyakan, jadi babi nanti,” ledek Jung Ha. Jung Eun langsung melotot.
“Babi apaan. Kamu kali,” balas Jung Eun.
“Iya, iya, sori, jangan marah la,”
“Iya, aku gak marah,”
“Yaudah. Duluan ya.”
“Annyeong hee gae saeyo.”
“Annyeong hee gae saeyo.”
Chae Yoo dan Song Mi yang dari tadi sibuk nonton opera sabun itu langsung meledak dengan ejekan-ejekan.
“Jung Eun, jujur aja. Kamu suka si Jung Ha kan?” Goda Song Mi.
“Gak!”
“Ayolah, kami tahu kamu suka Jung Ha,” kata Chae Yoo.
“Agh, enggak ya enggak!” Bantah Jung Eun.
“Yaudah, nanti ngambek. Yuk balik ke kelas. Pelajaran udah mau mulai nih,” ajak Song Mi.
“Yuk,”

“Annyeong, murid-murid. Saya Miss Laura, guru bahasa inggris,” kata Miss Laura.
“Saya dari inggris langsung dan mohon kerja samanya. Maaf kalau bahasa korea saya tidak begitu bagus,” kata Miss Laura. Murid-murid mengangguk. Pelajaran berjalan lancar. Sangat lancar.
“Jung Ha, kamu perankan Victor. Jung Eun, kamu perankan Angely. Sun Yeong perankan Gladys. Han Yeoul perankan Jacob,” kata Miss Laura. Ya, kami akan memainkan film di pertengahan semester nanti. Kisah romance karya sutradara terkenal dari Jepang. Jung Eun sangat ahli berakting. Jung Eun sudah sering main film. Jung Ha? Tidak tahu. Lihat saja nanti.
“Ani, Victor! Saranghae!” Jung Eun mulai berakting.

“Angely, dangsineun maeu yeppoyo, dangsineun aju ttokttokhaeyo, dangsineun aju heungmiga issoyo, dangsini nuni aju areumdawoyo, dangsineui morikharakeun maeu gilgo gonganghaeyo, dangsineun jongmal daedanhaessoyo. Saranghae, Angely,” Jung Ha juga mulai berakting.
Jung Ha lalu memeluk Jung Eun. Wajah Jung Eun sangat merah. Jantungnya berdegup kencang.
“Cut! Bagus. Bravo, Jung Ha, Jung Eun,” kata Sakada sensei.

Jung Eun memaksakan diri untuk tersenyum, meski ia nggak terlalu in the mood untuk tersenyum. Hanya sedikit saja bagian dari akting tadi sudah cukup membuatnya berdegup kencang. Bagaimana lah kelanjutan film ini.
“Hei! Hebat! Jung Eun! Kamu tadi pelukan sama Jung Ha nie… Cieee…” Ledek Chae Yoo. Pukulan sayang mendarat di bahu Chae Yoo.
“Enak saja,” kata Jung Eun.
“Bener kan tadi itu,” kata Song Mi ikut-ikut.
“Ih! Kalian ini. Eh, Gon Woo! Chae Yoo rindu nih!” Kata Jung Eun memanggil Gon Woo. Chae Yoo memang menyukai Gon Woo. Gon Woo menaikkan alisnya lalu mengangkat bahunya. Chae Yoo terdiam lalu menyerbu Jung Eun.

“Ah, ini pas banget. Jun! Jun! Liat Song Mi! Dia lagi day dream tentang kamu! Huwaaaa!” Jung Eun diserbu lagi sama Song Mi. Yup. Lagi-lagi. Song Mi suka Jun. Jun pura-pura nggak dengar lalu pergi dengan wajah merah pura-pura gak peduli. Jun sebenarnya menyukai Song Mi. Gon Woo juga menyukai Chae Yoo. Akhirnya, mereka berhenti. Mereka sudah cape. Mereka lalu masuk ke kelas melanjutkan pelajaran.
Bel pulang sekolah pun berbunyi.
“Jung Eun, hari ini kamu pulang sendiri ya, aku sama Chae Yoo harus tambahan pelajaran. Sori ya,” kata Song Mi. Jung Eun mengangguk.
“Bye,”
“Bye-bye,”

Jung Eun lalu pulang sendirian. Selama di perjalanan, Jung Eun merasa diikuti. Firasatnya benar. Ia diikuti oleh penjahat yang kemungkinan stres makanya menjadi penjahat. Penjahat itu lalu menyergap Jung Eun saat Jung Eun memasuki gang short cut ke rumahnya.
“Serahkan uangmu!” Seru penjahat itu.
“A-aku nggak punya uang…” Kata Jung Eun ketakutan.
“Tidak ada alasan! Berikan!” Seru penjahat itu lagi.
“A…ku memang t-tidak punya uang… Be-benar…” Jawab Jung Eun semakin takut ketika melihat penjahat itu mengeluarkan pisau.
“Cepat!” “A-aku benar-benar nggak punya uang…” Kata Jung Eun setengah menangis. Penjahat itu mendekatkan pisau itu ke Jung Eun.
“Tolong!” Pekik Jung Eun ketakutan.
“Diam!” Seru penjahat itu sambil makin mendekatkan pisau ke Jung Eun.
“Hei! Lepaskan dia!” Seru seseorang, Jung Ha!
“J-jung Ha…”
“Menjauh atau dia akan menjadi mayat!” Seru penjahat itu.
“Lepaskan dia! Apa yang kau inginkan?!” Seru Jung Ha.
“Serahkan semua uangmu!” Seru penjahat itu. Jung Ha mengeluarkan dompetnya dan menunjukkan isinya pada penjahat itu.

“Lepaskan dia dan kuberi kau dompet ini,” kata Jung Ha.
“Baik. Jatuhkan dompet itu!” Seru penjahat itu. Jung Ha menjatuhkan dompetnya. Si penjahat lalu melempar Jung Eun ke arah Jung Ha lalu kabur dengan dompet Jung Ha.
Jung Eun menangis di pelukan Jung Ha.
“Kau baik-baik saja?” Tanya Jung Ha.
“Ne. Mianhae, Jung Ha. Dompetmu dan uangmu diambil penjahat itu,” kata Jung Eun.
“Tidak apa. Isinya hanya sedikit. Aku bisa isi lagi,” kata Jung Ha. Jung Eun terus menangis.
“Sstt… Sstt… Ayo dong, jangan nangis,” bujuk Jung Ha.
“I-iya, Iya,” Kata Jung Eun sambil tersenyum
“Gitu dong. Yuk, kutemenin pulang,” kata Jung Ha sambil membantu Jung Eun berdiri.
“Ya… Gomawo, Jung Ha,” kata Jung Eun. “Ne,”
Esoknya, hari pertama musim dingin. Jung Eun bangun lebih pagi dari biasanya. Ia langsung menggigil kedinginan. Ia lalu mandi air hangat lalu mengenakan winter coat dan syalnya, termasuk topi, sarung tangan, dan sepatu boot nya. “Annyeong hee gae sae yo, eomma!” Kata Jung Eun sambil pamit.

“Annyeong,” jawab mama Jung Eun. “Annyeong hee gae saeyo, appa,” “Annyeong,”
Jung Eun sudah melupakan kejadian kemarin, sepertinya.
“Annyeong, Jung Ha!” Seru Jung Eun saat bertemu Jung Ha di pertigaan.
“Annyeong,” kata Jung Ha. Jung Ha kaget. Gadis itu sangat cepat melupakan kejadian kemarin. Dia sudah ceria lagi. Dasar.
Hari itu hari film mulai syuting. Jung Eun deg-degan menunggu gilirannya. Karena menjadi pemeran utama, ia tidak perlu menunggu lama. Adegan pertama. Pertemuan Angely dan Victor.
“Mianhae, yeoja. Naneun Victor imnida,” Jung Ha mulai berakting.
“Mianhae hal gotkkajineun obso. Naneun Angely imnida,” Jung Eun juga mulai berakting. Akhirnya hari pertama syuting selesai juga.
“Err… Jung Eun…” Panggil Jung Ha.
“Ya?” “Ehem… Aku… Aku ada 2 tiket nonton bioskop hari sabtu kamu mau ikut?” Ajak Jung Ha. Wajah Jung Eun merah padam.
“Ne,” jawabnya akhirnya.
“Dimana?”
“Rahasia. Aku jemput kamu pas harinya. Ok?”
“Ya deh.” Jung Eun jadi makin penasaran dengan tempat kencan pertamanya.
Hari Sabtu, Jung Ha menjemput Jung Eun.

“Annyeong,” sapa Jung Ha.
“Annyeong. Jadi? Kita mau kemana?” Tanya Jung Eun.
“Ayo ikut aja. Yuk,” kata Jung Ha sambil menarik Jung Eun ikut jalan bersamanya. Sepanjang perjalanan, Jung Eun dan Jung Ha terus ngobrol seakan mereka sedang jalan-jalan biasa dan bukannya kencan. Sesampainya di tempat, yang ternyata Myeon Dong, mereka berdua langsung nonton bioskop. Setelah nonton, mereka berdua keliling-keliling Myeon Dong.
“Hei, Jung Eun. Mau sosis panggang?” Tanya Jung Ha.
“Boleh, traktir ya,” canda Jung Eun.
“Iya, iya. Satu bagi dua aja la ya, hemat,” kata Jung Ha.
“Ya deh,”
Jung Eun lalu dibelikan boneka dan balon oleh Jung Ha. Diakhir kencan mereka, Jung Ha mulai menyatakan perasaannya pada Jung Eun.
“Jung Eun…”
“Ya?”
“A-aku… Aku suka kamu…” Kata Jung Ha. Jung Eun terlompat saking kagetnya.
“A-apa?”
“Saranghae, Jung Eun,” kata Jung Ha lagi. Lagi-lagi Jung Eun bengong sendirian.
“Kamu nggak terima aku ya,” kata Jung Ha kecewa.
“Ani. A-aku juga… Aku juga suka kamu, Jung Ha. Saranghae, Jung Ha,” balas Jung Eun. Jung Ha memeluk Jung Eun dan perlahan mengecup bibir Jung Eun. Jung Eun kaget.
“Jung Ha…”
“Mianhae,”
“Ani. Tidak apa-apa kok, karena aku… Menyukaimu…”
Winter Love Korea


Cerpen Karangan: Angeline Audrey


November 01, 2015
Diyanti Maharani
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar